penulis :PRADIPTA, DENISA HADI
tahun : 2014
Industri Pengolahan merupakan industri yang
menyumbang nilai PDB paling tinggi diantara industri lainnya. Salah satu
sub industri pengolahan yang sedang berkembang sejak beberapa dekade
terakhir adalah industri alas kaki yang termasuk kedalam industri
pengolahan tekstil, kulit, dan alas kaki. Perkembangan industri alas
kaki tidak hanya didukung oleh perusahaan besar saja tetapi juga UMKM
(Unit Mikro Kecil dan Menengah) dari berbagai daerah. Semenjak adanya
krisis moneter pada tahun 2007 silam, UMKM mulai dianggap sebagai alat
penggerak perekonomian negara yang cukup efektif. Hal ini dapat dilihat
dari perkembangan jumlah UMKM saat ini yang mencapai 51.3 juta unit
usaha. Selain itu, UMKM juga menyumbang hampir separuh nilai PDB negara.
Namun, perkembangan industri alas kaki di Indonesia tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian dan perkembangan
UMKM Alas kaki. Hal ini dapat terlihat masih banyak UMKM yang belum
berkembang akibat berbagai kesulitan yang dihadapi seperti bahan baku,
modal, dan sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan
perbaikan pada salah satu proses bisnis UMKM yaitu proses pengadaan
bahan baku khususnya aktivitas pembelian bahan baku. Pada sentra UMKM
sepatu, bahan baku untuk memproduksi sepatu selain kulit adalah sol
sepatu. Untuk mengembangkan potensi UMKM yang lebih baik, dapat
dikembangkan sistem buying consortium pada proses pembelian bahan baku.
Dimana sistem ini berfungsi mengaggregasi kebutuhan bahan baku dari tiap
unit sentra UMKM dan membuat kinerja UMKM lebih efektif dan efisien.
Selanjutnya, untuk merancang sistem pembelian bersama digunakan konsep
vendor managed inventory dengan metode common replenishment epoch.
Selain itu, UMKM dapat menentukan kebijakan harga bahan baku yang
optimal dan akurat dengan menggunakan Activity Based Costing. Penentuan
harga sendiri merupakan hal yang paling penting dan sulit untuk
dilakukan serta menbutuhkan banyak pertimbangan. Oleh karena itu,
diperlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui apakah kebijakan harga
yang telah ditetapkan sesuai preferensi atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar